Minggu, 08 Januari 2012

Pengorbanan Pesantren dalam Mewujudkan Kemerdekaan

Pengorbanan Pesantren dalam Mewujudkan Kemerdekaan

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu berhadapan langsung “Face to Face” dengan pendidikan sekuler yang dibawa oleh penjajah, keberadaan pesantren sejak awal sudah menunjukkan perlawanan yang tak kunjung padam akan pemikiran-pemikiran yang dianut oleh penjajah, ataupun gerakan-gerakan fisik yang penjajah lakukan untuk mengubur semangat kemerdekaan bangsa ini.
Tak diragukan lagi, karena pergerakan baik secara fisik dan pemikiran anti penjajah yang dimiliki pesantren. Maka pesantren menjadi Target Operasi Penjajah pada zaman perjuangan. Peran Kyai dalam memimpin perjuangan melawan penjajahan juga tak perlu dipertanyakan lagi.
Muhammad Natsir, tokoh perjuangan yang tak kita ragukan lagi ternyata  memiliki hasrat besar untuk menyempurnakan Pendidikan di pondok pesantren dan madrasah agar mendorong mencapai kemajuan lahir dan batin, dunia dan akhirat, karena pendidikan yang diajarkan oleh penjajah hanya mengisi otak saja sedangkan jiwanya kosong tak berisi.
Dalam Koran Kedaulatan Rakyat ditulis head line news “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah, muncul Barisan Sabilillah ataupun lascar-laskar yang mereka tidak dibayar bahkan mereka justru membiayai diri mereka sendiri dalam perjuangan. Hal ini tidak lepas dari peran pesantren dalam mengembangkan masyarakat Muslim yang Solid, pada waktunya nanti pesantren akan mampu untuk menjadi benteng pertahanan dalam melawan penjajahan.
Bahkan Panglima Shalih dari Karang Nongko ”Jenderal Soedirman” terkenal dekat dengan pesantren dan beliau sangat tertarik dengan pelajaran agama Islam sehingga oleh teman-teman beliau mendapat julukan”Kaji” (Haji), beliaupun berdakwah dengan menyebarluaskan pamflet jihad, mengutib sabda Rosululloh. “Insyaflah! Barang siapa mati, padahal sewaktu hidupnya belum pernah turut berperang (membela keadilan), bahkan hatinya berhasrat perangpun tidak, maka matilah ia di atas cabang kemunafikan.
Melihat fakta kecil yang merupakan bagian besar dari fakta-fakta yang ada, sungguh besar hutang budi bangsa ini kepada pesantren, akan tetapi kenyataan hari ini benar-benar mengherankan, jasa besar pesantren itu dibalas dengan kecurigaan pemerintah, pesantren seolah-olah menjadi kambing hitam atas segala kejahatan yang disebut dengan terrorisme  di Negara yang berhutang budi pada pesantren, pesantren justru dianggap anti pemerintah dan tempat pendidikan terrorist.
Hakikatnya pendidikan pesantren tidak akan pernah lepas dari pendidikan Islam, meskipun tidak semua istilah yang digunakan merujuk pada bahasa Arab, sebutan untuk pelajar yang mencari ilmu bukan Murid seperti dalam tradisi sufi, atau thalib atau tilmidh seperti dalam bahasa arab.
Santri berasal dari bahasa Sanskrit, san artinya orang baik dan tra artinya suka menolong, lembaga tempat para santri belajar disebut dengan Pe-Santri-An yang kemudian kita kenal dengan pesantren. Melihat akar bahasa saja sudah tak ada celah bagi pendidikan terror di dalamnya.
Kini di era Reformasi telah muncul sejumlah tokoh-tokoh yang merupakan hasil dari pendidikan pesantren, baik langsung ataupun tidak langsung, Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Hidayat Nur Wahid, Hasyim Muzadi dan tokoh – tokoh lain yang tak lepas dari ikatan jiwa dan raga mereka dengan kehidupan pesantren.
Jika saat ini ada beberapa gelintir alumnus pesantren yang dituduh terlibat dengan berbagai aksi terror maka sangat premature dan irrasional apabila peran dan potensi pesantren dalam membangun bangsa ini, baik di masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating serta seterusnya dipandang sebelah mata. Sepertinya tak perlu lagi dipertanyakan, paradigma berpikir bahwa pesantren tempat buangan anak-anak nakalpun telah tertolak dengan banyaknya cendekiawan muslim ataupun nasional yang notabene adalah kader-kader pesantren.
 yang sampai hari ini masih jadi pertanyaan kita bersama, dengan peran serta dan jasa-jasa besar pesantren dalam membangun bangsa ini adalah apa yang telah dilakukan para pemimpin negeri ini dan apa yang belum mereka (pemimpin negeri) ini lakukan dalam mengembangkan pesantren di negeri ini. Semoga para pemimpin negeri ini ingat dari mana mereka berasal dan kemana mereka kembali.
Wallahu a’lam.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Desain dan Interior Terbaik untuk Hunian Kita.

Home Sweet Home, Rumahku adalah Surgaku, mari kita wujudkan hunian nyaman untuk keluarga.