Rabu, 03 Juni 2020

Jumat, 06 Desember 2013

Tokoh Islam, Tokoh Nasional, Buya Hamka



Subhanalloh, itulah kata yang tepat menggambarkan sosok Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan "Hamka", tak hanya diakui di Indonesia akan tetapi sebagai seorang ulama namanya juga dikenal di berbagai negara sahabat. Bahkan beliau ini berhasil menyandang gelar doktor honoris causa dari Universitas Al Azhar, Kairo dan Universitas Kebangsaan Malaysia.

Lebih dikenal dengan panggilan Buya Hamka, dia adalah salah satu sosok pendakwah yang meneruskan perjuangan ayahnya yang bernama Syekh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenal sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau. Hamka yang lahir pada 17 Februari 1908 di Maninjau, Sumatera Barat ini dikenal sebagai ulama yang kritis. Dimasa orde baru, Hamka sering kali menentang kebijakan pemerintah yang pada waktu itu didominasi oleh partai Golkar. Kritik yang ia lontarkan sering kali dalam bentuk tulisan yang dimuat di majalah Panjimas.

Salah satu kritikan Hamka terkait isu tentang monoloyalitas yang dilontarkan Golkar pada Pemilu 1971. Walaupun dalam kondisi sakit pada waktu itu, Hamka menjawab imbauan agar pegawai negeri mencoblos Golkar dengan kalimat yang kritis.

"Saya adalah seorang rakyat Indonesia yang pertama berlindung kepada Allah, di bawah kibaran Merah Putih dan presidennya adalah Soeharto. Dari segi keahlian saya dan bidang saya, telah saya bantu presiden ini dan tetap akan saya bantu. Selama tenaga masih ada dan kalau presiden memerlukan! Kalau presiden tidak memerlukan tidak pula saya akan kasak kusuk minta diperhatikan. Inilah yang bernama loyalitas. Dengan pernyataan loyalitas ini bukan berarti bahwa saya mesti masuk salah satu partai politik. Bukanlah berarti saya mesti membantu kampanye Golkar!...Saya akan tusuk 3 Juli nanti tanda gambar yang tetap rahasia dalam hati saya." tulis Hamka dengan pendirian yang kuat bahwa dia senantiasa kritis terhadap pemerintahan.

Tidak hanya itu, Hamka juga pernah mengkritisi awal pembentukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dilakukan pemerintah pada masa orde baru. Menurut Hamka, keberadaan majelis ini baik untuk membantu pemerintah, untuk memberi nasihat diminta atau tidak diminta. Namun, Hamka menegaskan bahwa pemnbentukan MUI jangan sampai bertujuan untuk membeli ulama.

"Kalau saya diminta menjadi anggota Majelis Ulama saya terima, akan tetapi ketahuilah saya sebagai Ulama tidak dapat dibeli," demikian tegas Hamka seperti dikutip M Roem dalam bukunya Bunga Rampai dari Sejarah.

Hamka pun kemudian terpilih sebagai ketua Majelis Ulama. Dan dalam mengemban jabatan ini, Hamka yang menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia selama dua periode, 1975-1980 dan periode 1980-1985 menolak menerima gaji sebagai ketua MUI. Sikap Hamka ini menjadi bukti konsistensinya untuk menjaga prinsip pengabdiannya terhadap agama, bangsa dan negara.

Selasa, 12 Maret 2013

DURIAN BONDOWOSO DI BUDURAN

 Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit). Durian adalah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang menyukainya, namun sebagian yang lain malah gak tahan dengan aromanya.




Salah satu Varian Durian yang enak adalah Durian Lokal Kota Bondowoso, meskipun tidak se-masyhur Durian Montong atau yang lainnya, Durian ini terkomposisi dari rasa, Khas Durian, Pahit, Manis dan Legit bercampur sempurna.
Namun ada Berita gembira buat yang maniak durian, Durian Bondowoso bisa di Nikmati di Buduran-Sidoarjo, sebuah desa teduh arah ke Delta Fishing, Warga Sidoarjo tidak asing lagi dengan Delta Fishing, Sayangnya saya lupa nama Desanya, tapi kalau minta Durian Guide, Siap antar, hehehe.....  Murah Juga Gan. Rp.10.000 dah dapat lumayan ukurannya, silahkan nikmati fotonya...






 

Minggu, 10 Maret 2013

NASI PUNEL BANG KODIR

Add caption


Nikmatnya Nasi Punel Bangil


Bang Kodir bukan hanya singkatan Bangil Kota Bordir saja. Namun soal kuliner, Kecamatan Kota Bangil yang masuk wilayah Kabupaten Pasuruan, itu punya makanan khas, yaitu nasi punel.



Suara adzan dhuhur menghentikan langkah motor kami di kota Bangil, motor berbelok dan berhenti di sebuah Masjid yang Indah dengan menara yang menusuk langit, luas bersih dan bersahabat. Subhanalloh saya dan Istri benar-benar merasakan ketenangan di Masjid ini, Masjid ini bernama Manarul Islam, nama yang indah sesuai dengan adanya, seakan membuat kami tak ingin beranjak pergi.
Selepas Sholat Dhuhur kami merasa penting untuk mengisi perut karena memang sudah lapar, perjalanan dari Mojokerto ke Bangil ternyata cukup lma karena macet perbaikan jembatan. tengok ke kanan dan kiri, depan belakang, ada warung bertuliskan nasi punel bu.Hj.Lin (Barokah) di depan Masjid tempat kami sholat, wah, sepertinya menarik untuk di selidiki.
Meskipun warungnya mepet dengan jalan raya akan tetapi mobil dan motor tidak segan-segan mampir, sabtu siang itu terlihat warung nasi punel ini banyak pengunjungnya. Dilihat dari kendaraan yang diparkir baik sepeda motor maupun mobil, malah kebanyakan berasal dari luar Pasuruan.
Ternyata rasanya memang nikmat dan sesuai selera saya,”Subhanallah.
Begitu nasi punel lengkap dengan lauk pauknya dihidangkan, pembeli rasanya ingin segera menikmati saja. Apalagi nasi yang panas dan lauk pauknya dihidangkan dengan alas daun pisang, wow semakin sedap saja sehinga mengundang selera makan. “Salah satu ciri khas nasi punel adalah nasinya sedikit tapi lauknya banyak. Walau kelihatan nasinya sedikit, sebetulnya itu  banyak karena nasinya menggurnpal. Kadang pembeli yang belum tahu nasi punel dibilang itu ketan. Ini bedanya, kalau nasi biasa diletakkan piring terlihat kepyar, justru nasi punel ini menggumpal.
Harga satu porsi nasi punel lengkap lauk pauknya ditambah minum satu gelas es teh cukup membayar Rp 11.000. Lauk pauk yang tersaji antara lain ada empal, paru, klomotan, ati, lidah, limpah, babat, lento, bobor, serundeng, sambel trancam dan sate kerang.
Sepertinya Patut di coba, jangan lupa berdoa sebelum makan dan minum... Bismillah.









Malioboro Pindah Ke Krian-Sidoarjo

Udara dingin menyelimuti kota kelahiranku, Krian, Kabupaten Sidoarjo, hujan sepanjang hari dan gerimis malam ini ternyata tidak menghalangi antusiasme muda-mudi dan warga masyarakat untuk menikmati malam panjang akhir pekan di Malioboro Krian. Sepanjang Trotoar dekat perempatan Krian, arah dari Mojokerto ke Surabaya berderet pedagang kaki lima yang menjadikan malam semakin ramai dengan banyak pembeli menjadikan suasana Malioboro Jogja pindah ke Krian.
Berbagai jenis Kuliner tersedia, Rasa nikmat dengan harga merakyat, tidak mengecewakan lidah dan kantong kita, bercengkrama dengan saudara, kawan atau kolega menjadikan waktu berlalu dengan cepatnya, tak terasa sudah mendekati sepertiga malam, sudah berganti hari. sepertinya rasa kangen ini belum terpuaskan, tapi hari sudah membatasi, seperti Cinderella yang dibatasi waktu yang berdentang.
Selamat Datang di Kota Kami...

Suasana Warung Kaki Lima

Warung
Add caption

Sejuknya Malam.

Add caption


Add caption

Minggu, 08 Januari 2012

Lembaga Bimbingan Belajar dan Les Privat

Kami adalah Lembaga Pendidikan yang bergerak di bidang Bimbingan Belajar dan Les Privat. Ini adalah apa yang bisa kami usahakan untuk membantu anak-anak Anda supaya mampu berkembang dan berdaya saing, kami akan berupaya sekuat tenaga untuk memberikan pelayanan terbaik, mudah-mudahan dari tangan-tangan mungil mereka akan lahir generasi yang luar biasa, itulah apa yang kami harapkan.
Bagi Anda yang berminat bisa menghubungi FB kami untuk keterangan lebih lanjut pada dinastyilmiawan@rocketmail.com.
Program:
1.Bimbingan Belajar Untuk Sekolah Dasar, Semua Mata Pelajaran.
2. Bahasa Inggris untuk SD, SMP, SMA/SMK dan Umum
Program Plus
  • Life Skill
  • Budi Pekerti
  • Bimbingan Konseling
Waktu bisa kami sesuaikan dengan kondisi Anda. Join With Us...

Kebahagiaan sejati

Kebahagiaan sejati

                Banyak buku-buku ataupun seminar dan pelatihan bagaimana dalam hidup ini kita memperoleh kebahagiaan, melakukan apa yang kita sukai, meninggalkan beban hidup dan bebas melakukan apa saja yang kita suka, tanpa penghalang apapun, bebas sepenuhnya sebagai manusia, mendapatkan penghormatan orang lain, keluarga tercukupi secara materi, dan lain sebagainya yang intinya mendapat nikmat dunia. Jika semua itu sudah terpenuhi apakah kita bisa sepenuhnya bahagia?
                Mari kita fahami dan renungkan QS. Surat Al-Balad (90) ayat 4   
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
                Ayat-ayat sebelumnya telah memaparkan sumpah Allah demi kota Mekkah dan demi bapak serta anak-anaknya, ayat ini menekankan bahwa sungguh Allah dengan perantaraan Ibu dan bapak telah menciptakan manusia seluruhnya berada dalam susah payah, yakni selalu saja mengalami kesulitan dalam hidup. Jika Allah membiarkan tanpa bantuan niscaya ia akan binasa.
                Mari kita renungkan, dimulai dari keadaan susah payah dalam awal pertumbuhannya dan diakhiri pula dengan kesusah payahan dalam kematian. Dalam pertumbuhannya manusia selalu mengalami berbagai macam penderitaan hingga ia menjadi besar dan dewasa. Mulai dari usia anak – anak kemudian dewasa membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan di sisi yang lain tetap dituntut untuk taat kepada Allah yang Esa, setelah itu ia akan semakin tua atau mengalami sakit kemudian mati dan dikuburkan. Di akhirat kelak ia akan menjumpai kesusahan dan penderitaan yang tidak bisa digambarkan, kecuali jika mendapatkan taufik dari Allah, maka selamatlah ia dari penderitaan tersebut.
                Ayat ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang merasa dirinya kuat, sehingga dengan kekuatannya, ia dapat mengalahkan musuh-musuhnya, seolah ayat ini memberikan peringatan agar kita tidak takabbur, karena sehebat apapun kita tidak akan luput dari kesusahan dan kesulitan dalam menjalani urusan pribadi atau pun urusan keluarga, betapa pun tinggi pangkat dan pengaruh seseorang, betapa pun kita berusaha mencari kebahagiaan dunia, berusaha seperti apapun, ia tidak bisa lepas dari kesusahan dan penderitaan.
                Manusia yang berhenti di sana akan memandang hidup ini dengan penuh pesimisme, adapun yang beriman justru akan melahirkan optimisme, sehingga walaupun ia mengalami kesulitan atau penderitaan ia akan terus berjuang untuk menghadapinya, disertai dengan keyakinan pasti ada jalan keluar yang menantinya.
                Di sisi lain Allah telah memperingatkan dalam surat Al-Insan (76) ayat 2

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.

[1535] Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.

Di sini nampak jelas bahwa untuk memperoleh kebahagiaan sejati yaitu surga Allah, manusia harus lulus ujian dulu berupa ketaatan kita terhadap perintah dan larangan Allah, tetapi perlu disadari, meskipun manusia tidak dapat mengelak dari kesusah payahan kehidupan akan tetapi Allah memberikan kemampuan untuk mengatasinya, bahkan bisa jadi ia merasakan nikmat dan kelezatan yang tiada taranya ketika ia berhasil menanggulanginya, dalam kesulitan itu, manusia harus tetap mempertahankan jati dirinya, serta nilai-nilai luhur sebagai hamba Allah.
                Ayat ini juga berpesan kepada Rasulullah saw. Bahwa apa yang beliau alami di kota suci itu, merupakan bagian dari penderitaan dan susah payah dalam memenangkan kehidupan dan kebahagiaan sejati, dan sudah menjadi kodrat manusia untuk memperjuangkannya dari generasi ke generasi.
                Ayat ini juga membuka mata kita bahwa tidak ada kebahagian abadi dalam hidup ini, hidup ini susah dan senang, tidak mungkin terus-menerus senang, pemikiran hidup hanya senangnya saja akan membuat pemikiran kita semakin tidak realistis, dan ketika ada sedikit permasalahan cenderung di dramatisir, dibesar-besarkan seolah-olah masalah itu tidak dapat diselesaikan, seolah kita memaksa orang lain, bahkan semua orang untuk memahami dan merasakan masalah kita. Padahal ”the show must go on” dan dunia terus berputar.  Dunia tidak mau tahu masalah kita, yang dunia mau tahu adalah bahwa kita selalu tampil prima dan sempurna, itulah kondisi nyata dunia kita.
                Coba kita renungkan, manusia semulia Rasulullah, bahkan yang paling mulia di sisi Allah, mengalami ujian yang luar biasa susah dan menderita, sejak kecil yatim piatu, hidup mandiri dan ketika dakwah dimusuhi, dilempari sampai berdarah bahkan dikejar-kejar akan dibunuh, apakah seperti itu kesusahan kita, atau mungkin hanya sekedar masalah keluarga atau masalah pacar, kemudian kita akan menyerah dan mengakhiri hidup. Kembalilah kepada Allah, sungguh permasalahan-permasalahan kita ini akan ada jalan keluar ketika kita kembali kepada Allah. Bisa jadi masalah hidup kita tidak lekas selesai karena kita terlalu jauh mencari jawaban kemudian makin bingun, padahal sejatinya jawaban itu dekat, turn to Allah.......(insya Allah by maher zain).
 
From Zero to Hero or From Hero to Zero

                “Tidak bahagia dengan apa yang ada dan tidak sedih dengan apa yang hilang dari perkara-perkara dunia”, itulah apa yang disampaikan oleh seorang khalifah bernama Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin yang sama sekali berbeda dengan orang-orang yang memilki kekuasaan di zaman sekarang. Ketika beliau menjabat khalifah, jumlah kekayaannya adalah empat puluh ribu dinar, namun ketika menghadap kepada Allah hanya meninggalkan empat ratus dinar. Seandainya beliau masih hidup, tentu akan semakin berkurang lagi, karena Umar bin Abdul Aziz tidak memperoleh rezeki dari baitul Mal kaum muslimin sebagaimana khalifah sebelumnya.
Firman Allah dalam surat Al-Baqarah (02) ayat 112,

112. (tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

                Kekayaan Khalifah Umar bin Abdul Aziz justru semakin berkurang, bahkan jauh berkurang sebelum beliau menjabat khalifah dibandingkan ketika beliau menjadi khalifah, secara financial harta beliau semakin habis, kemudian memahami sosok Khulafaur Rosyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khottob, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib serta sahabat-sahabat setia rosululloh seperti Abdurrahman bin Auf, Mus’ab bin Umair, Salman Al-Farisi dan sahabat-sahabat yang lain. Nampak sangat jauh berbeda ketika mereka belum masuk Islam, besarnya kekayaan mereka, hidup mewah, serba berkecukupan dari keluarga yang dihormati dan segala bentuk keutamaan dan penghormatan lainnya, akan tetapi setelah hati mereka bertaut dan terikat kuat dengan aqidah Islam justru banyak kenikmatan dan fasilitas dunia itu hilang, berganti dengan kesederhanaan dan kesusahan hidup.
                Melihat dan membaca banyaknya buku yang beredar di toko-toko buku, luar biasa banyak judul yang berhubungan dengan kiat-kiat bagaimana membuat diri kita kaya, keluarga berkecukupan secara financial, mendapatkan penghormatan manusia dan lain sebagainya mengenai kenikmatan dunia, itulah yang mereka sebut dengan sukses, perjuangan dari miskin rupiah sampai kemudian menjadi kaya rupiah itulah yang mereka namai dengan “from Zero to Hero” dalam bahasa saya dari “kere” (Miskin) manjadi “parlente” (Kaya Raya), belum lagi banyak seminar-seminar yang menawarkan menjadi kaya dan kursus-kursus menghasilkan pundi-pundi rupiah.
                Lalu bagaimana dengan mereka yang gagal, “from zero to zero” atau malah  from hero to zero” secara financial, apakah mereka orang-orang yang gagal sepenuhnya, tidak perlu dilirik, tak perlu di ajak berteman, karena kalau ingin kaya kita harus berteman dengan orang yang kaya, dan yang miskin adalah produk gagal. Itulah gambaran umum pemikiran masyarakat, bahwa yang namanya sukses itu harus kaya, jika belum kaya harta berarti belum sukses, belum punya mobil dan rumah mewah belum jadi “Hero”.
                Dilihat dari kaca mata financial, Mus’ab bin Umair cukup parah dalam hal kehilangan finansial, bayangkan seorang pemuda yang tampan, dari keluarga terhormat, pakaiannya dari kain yang terbaik, parfumnya istimewa, sehingga dari jauh Rosululloh Saw. Sudah bisa mencium bau Mus’ab bin Umair, karena hanya Mus’ab yang mampu beli parfum tersebut, gadis-gadis berebut ingin dinikahi Mus’ab, seperti selebritis masa kini. Akan tetapi ketika meninggal, Mus’ab syahid dalam pertempuran dengan tombak menancap di dada dan tangan terpotong mempertahankan panji Islam, pakaian yang Mus’ab bin Umair kenakan hanyalah kain kasar yang apabila ditutupkan ke wajah maka kakinya kelihatan dan apabila ditutupkan ke kaki maka wajahnya kelihatan, itulah harta terakhir yang dimilki Mus’ab ketika Syahid di jalan Allah.
                Apakah Mus’ab bin Umair termasuk yang dari Hero to Zero?  Dan beberapa kisah pejuang-pejuang Islam lain yang seringkali mereka harus kehilangan harta benda dan keluarga, padahal mereka adalah orang-orang yang di jamin surga, di doakan langsung oleh Rosululloh untuk jadi ahli surga, merekalah “Hero” yang sesungguhnya, berjuang dalam ringan maupun berat, memberi dikala membutuhkan, mengutamakan orang lain dibandingkan diri mereka sendiri, merekalah yang benar-benar “from Zero to Hero”, “minadzulumati ila nur” dari kegelapan menuju cahaya.
                Maka marilah kita menghargai apa yang kita miliki dalam kehidupan ini, karena tidak ada daya upaya kecuali dengan pertolongan Allah, menjalankan peran kita sebaik mungkin sebagai hamba Allah, diberi peran apa kita, kaya atau miskin, dari suku apa, di daerah dan wilayah manapun, apapun model kita, mari kita sumbangkan kebaikan di jalan Allah, berda’wah dalam kondisi apapun, kerja dimanapun kita tetaplah Da’I sebelum yang lain. Jangan biarkan dunia menguasai pikiran kita, jangan biarkan dunia menggenggam kita tapi kita yang harus menggenggam dunia, jangan biarkan kita diperbudak hawa nafsu tapi hawa nafsu yang harus kita perbudak untuk taat kepada Allah.
                Mengingat apa yang disampaikan Umar bin Abdul Aziz, Cukuplah para pemimpin dan pejabat dimasa materialisme ini, jika mereka tidak dapat bersifat zuhud, paling tidak mereka menahan diri dari ketamakan dan keserakahan serta berusaha mencari yang halal dan melawan keinginan duniawi mereka, agar mereka mencapai apa yang dirindukan Umar bin Abdul Aziz yang lebih tinggi dari dunia yaitu surga yang penuh kenikmatan. Jangan terlalu percaya diri bahwa kesuksesan yang kita miliki hari ini adalah 100% hasil usaha kita, hasil kerja keras dan hebatnya perencanaan kita saja, tapi ingatlah ada campur tangan Allah dalam kehidupan kita.
                Analogi, benarkah kita pintar karena belajar?
                Kita pintar bukan hanya karena belajar, tetapi kita pintar karena Allah memasukkan pengetahuan kepada kita, sedangkan belajar adalah ”ikhtiar” usaha kita untuk pintar, mengenai kita jadi pintar atau tidak, Allah yang menentukan, apakah ilmu tersebut manfaat atau tidak, kita punya tugas berdoa tapi tetap ingat bahwa Allah yang menentukan, karena keberhasilan-keberhasilan itu merupakan kasih sayang Allah yang di anugerahkan kepada kita. Jangan terlalu yakin bahwa semua keberhasilan itu  hanya karena kuatnya pemikiran kita dan hebatnya pengaruh kita.
                Kita bisa membeli obat yang mahal akan tetapi kita tidak bisa membeli kesehatan, kita bisa membeli rumah yang besar tapi bukan rumah tangga yang indah, maka ingatlah bahwa konsep hidup seorang Mu’min adalah mereka yakin pada apa yang Allah turunkan melalui jibril kepada Rosul-Nya, yakin dan percaya berarti menjaga diri dan berhati-hati dalam proses menuju kepada apa yang diyakini, bukan hanya sekedar kata-kata yakin.
                Mungkin terlalu ”Mbulet” membingungkan yang saya tulis di atas, misalnya kita yakin bahwa neraka dan surga itu ada, maka ketika kita masih suka minum bir, arak, dan minuman beralkohol berarti belum yakin, bialng yakin tapi masih suka jajan di luar (zina) berarti masih belum yakin, bilang percaya tapi masih suka mengambil barang milik orang lain yang bukan hak kita berarti keyakinannya palsu dan perbuatan-perbuatan lain yang dilarang Allah.
                Menuju surga Allah memang tidak mudah, karena jalannya berliku dan susah, tidak menyenangkan, menegangkan, gak asyik kata anak gaul tetapi ketika sudah sampai di tempat yang bernama surga, maka semua rasa sakit dan rasa lelah itu seketika hilang tergantikan dengan nikmat yang luar biasa tak terbayangkan. Logika kita di dunia seperti orang mendaki gunung atau petualangan menuju tempat baru yang belum pernah kita kunjungi, bagaimana setelah sampai ternya tempatnya indah, jauh lebih indah dari yang kita bayangkan, walaupun perjalanannya tadi menegangkan, hilang sudah rasa capek dan keluh kesah kita.

Kematian Hati


Kematian Hati
K.H. Rahmat 'Abdullah (Ketua Yayasan IQRO Bekasi)
                Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya. Banyak orang cepat datang ke shaf shalat laiknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi. Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa,tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri. Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu. Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang
Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. Selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidak tahuan mereka", ucapnya lirih.

                Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana,lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidak-sesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang.
                Mereka telah menukar kerja dengan kata. Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut. Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
                Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya? Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia?          Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1.500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan.
                Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu. Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"? Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan "
                Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat?" Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
                Sekarang kau telah jadi kader hebat. Tidak lagi malu-malu tampil. Justeru engkau akan dihadang tantangan : sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa. Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki.
                Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.
                Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?
Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua?"
                Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?
                Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka. Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya". Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku". Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.


Nasehat Bagi Istri Dan Calon Istri pejuang Islam

CURAHAN HATI SANG MUJAHID KEPADA ISTRINYA, SERTA JAWABAN TULUS DARI ISTRI PEJUANG

(Nasehat Bagi Istri Dan Calon Istri pejuang Islam)

Isteriku...
Apabila kusentuh telapak tanganmu...
Ku usap-usap, terasa semakin kasar dan keras...
Apabila kutatap wajahmu...
Terpancar sinar bahagia dan ketenangan walaupun ku tahu...
Redup matamu menyimpan satu rintihan yang berat...
Apabila kutersentak dari pembaringan dikala fajar kazib menyingsing...
Aku terpana dengan munajatmu yang syahdu..

Isteriku...
Tatkala teman-temanmu sedang bersantai di samping...
Insan-insan tersayang di dunia mereka...
Engkau bahagia mengorbankan seluruh detik-detikmu...
Hanyalah untuk Islam....
Tatkala lengan-lengan mereka dibaluti dengan pelbagai hiasan duniawi yang indah...
Leher-leher mereka dilingkari dengan kilauan barang kemas...
Pakaian-pakaian mereka anggun persis puteri kayangan...
Wajah mereka diwarnai dengan aneka make up mahal..
Tapi kau tidak seperti mereka wahai zaujahku...
Kau umpama ladang ummah...
Kau menginfakkan seluruh jiwa dan ragamu demi kebangkitan Islam...
Kau tak pernah bersungut-sungut, meminta-minta, mengeluh,.. Apatah lagi untuk merungut, tak pernah semuanya...

Isteriku...
Bukan aku tidak mampu membelikan hiasan-hiasan tersebut...
Tetapi zaujahku...
Aku masih ingat tatkala aku menyuntingmu untuk dijadikan lentera di kamar hatiku...
Kau melafazkan, "Ana sudi menjadi sayap kiri perjuangan anta, tetapi dengan syarat.."
Kau tersenyum sambil menghela nafas dalam-dalam...
Aku termangu sendirian..
Syarat apakah itu? Sedankah...? Rumah mewah kah...?
Perabot mahal dari Itali kah?
Atau berbulan madu di Kota Pariskah?
Katakan... Aku mampu memberikan...
Lamanya kau mengumpul kekuatan untuk berkata.

Akhirnya...
Arghhh..! Permintaanmu itu...
Pasti ditertawakan oleh kerabat dan teman-teman ku...
Dengan penuh keyakinan kau berkata...
"Anta, mampukah anta menjadikan ana sebagai isteri yang kedua anta..?
Mampukah anta menjadikan Islam sebagai isteri pertama anta yang lebih memerlukan perhatian?
Mampukah anta meletakkan kepentingan Islam melebihi segala-galanya termasuklah urusan duniawi?
Mampukah anta menjual diri anta semata-mata kerana Islam?
Mampukah anta berkorban meninggalkan kelazatan dunia?
Mampukah anta menjadikan Islam laksana api yang membara...?
Dan anta perlu menggenggamnya agar bara itu terus menyala...
Mampukah anta menjadi lilin yang rela membakar diri untuk Islam...?
Bukannya seperti lampu dop yang bisa di 'on' kan bila perlu dan di 'off' kan bila terasa tidak perlu..
Mampukah anta mendengar hinaan yang bakal dilontarkan...
kepada anta kerana perjuangan anta..?
Dan... Mampukah anta menjadikan ana isteri seorang pejuang..
Yang tidak dimanjai dengan fatamorgana dunia..?
Adush!! Banyaknya syarat-syaratmu itu wahai zaujahku...
Namun aku terima syarat-syarat tersebut kerana aku tahu...
Jiwamu kosong dari syurga dunia...
Kerana aku tahu kau mampu mengubah dunia ini dengan iman dan akhlakmu..
Dan bukannya kau yang diubah oleh dunia..insyaAllah..!

Isteriku...
Akhirnya jadilah kau penolong setiaku sebagai nakhoda..
Yang membantu mengemudi bahtera kehidupan kita...
Susah senang kita tempuh bersama...
Aku terharu dengan segala kebaikanmu...
dan jaga akhlakmu...
Kau pelihara kehormatanmu selaku muslimah...
Kau tak pernah mengeluh apabila sering ditinggalkan...
Demi tugasku untuk menjulang Islam ke persada keagungan...
Kau sanggup dan sabar menungguku...
Sambil memberikan aku sebuah senyuman yang menjadi pengobat hatiku...
Dikala di ambang pintu tatkala aku pulang lewat malam...
Malah, kau sering meniupkan semangat untuk aku terus jihad di medan perjuangan ini...
Kau tabur bunga-bunga jihad walaupun kita...
Masih jauh dengan haruman kemenangan.

Isteriku...
Tangkasnya kau selaku belahan jiwa...
Biarpun kau sibuk bersama memperkuat tenaga bersamaku selaku sayap kiriku...
Kau siraminya dengan wangian cinta dan kasih-sayang..
Kau tak pernah menjadikan kesibukanmu itu untuk lari dari amanahmu...
Meskipun jadwalmu padat dengan agenda-agenda bersama masyarakat kaum sejenismu...
Sibuknya kau mendidik anak-anak...
Kau kenalkan mereka dengan Allah swt, Rasulullah saw, Ahlul bait serta mujahid dan mujahidah Islam...
Kau titipkan semangat mereka sebagai generasi pewaris jundullah...
Kau asuh mereka membaca Al-Quran...
Malah kau temani mereka saat mengkaji pelajaran......
Isteriku...

Barangkali inilah kebenarannya ungkapan keramat Al-Khomeini...
Tangan yang mengayun buaian (mengasuh bayi) bisa menggoncang dunia...
Andai Fatimah binti Rasulullah saw masih ada...
Pasti beliau tersenyum bangga kerana masih ada srikandi Islam..
SEPERTIMU... WAHAI ZAUJAHKU...!!!
Kata terakhirku: Andai kau isteri semulia Fatimah az-Zahra, semoga aku semulia Ali ..

Pengorbanan Pesantren dalam Mewujudkan Kemerdekaan

Pengorbanan Pesantren dalam Mewujudkan Kemerdekaan

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu berhadapan langsung “Face to Face” dengan pendidikan sekuler yang dibawa oleh penjajah, keberadaan pesantren sejak awal sudah menunjukkan perlawanan yang tak kunjung padam akan pemikiran-pemikiran yang dianut oleh penjajah, ataupun gerakan-gerakan fisik yang penjajah lakukan untuk mengubur semangat kemerdekaan bangsa ini.
Tak diragukan lagi, karena pergerakan baik secara fisik dan pemikiran anti penjajah yang dimiliki pesantren. Maka pesantren menjadi Target Operasi Penjajah pada zaman perjuangan. Peran Kyai dalam memimpin perjuangan melawan penjajahan juga tak perlu dipertanyakan lagi.
Muhammad Natsir, tokoh perjuangan yang tak kita ragukan lagi ternyata  memiliki hasrat besar untuk menyempurnakan Pendidikan di pondok pesantren dan madrasah agar mendorong mencapai kemajuan lahir dan batin, dunia dan akhirat, karena pendidikan yang diajarkan oleh penjajah hanya mengisi otak saja sedangkan jiwanya kosong tak berisi.
Dalam Koran Kedaulatan Rakyat ditulis head line news “60 Miljoen Kaoem Moeslimin Indonesia Siap Berdjihad Fi Sabilillah, muncul Barisan Sabilillah ataupun lascar-laskar yang mereka tidak dibayar bahkan mereka justru membiayai diri mereka sendiri dalam perjuangan. Hal ini tidak lepas dari peran pesantren dalam mengembangkan masyarakat Muslim yang Solid, pada waktunya nanti pesantren akan mampu untuk menjadi benteng pertahanan dalam melawan penjajahan.
Bahkan Panglima Shalih dari Karang Nongko ”Jenderal Soedirman” terkenal dekat dengan pesantren dan beliau sangat tertarik dengan pelajaran agama Islam sehingga oleh teman-teman beliau mendapat julukan”Kaji” (Haji), beliaupun berdakwah dengan menyebarluaskan pamflet jihad, mengutib sabda Rosululloh. “Insyaflah! Barang siapa mati, padahal sewaktu hidupnya belum pernah turut berperang (membela keadilan), bahkan hatinya berhasrat perangpun tidak, maka matilah ia di atas cabang kemunafikan.
Melihat fakta kecil yang merupakan bagian besar dari fakta-fakta yang ada, sungguh besar hutang budi bangsa ini kepada pesantren, akan tetapi kenyataan hari ini benar-benar mengherankan, jasa besar pesantren itu dibalas dengan kecurigaan pemerintah, pesantren seolah-olah menjadi kambing hitam atas segala kejahatan yang disebut dengan terrorisme  di Negara yang berhutang budi pada pesantren, pesantren justru dianggap anti pemerintah dan tempat pendidikan terrorist.
Hakikatnya pendidikan pesantren tidak akan pernah lepas dari pendidikan Islam, meskipun tidak semua istilah yang digunakan merujuk pada bahasa Arab, sebutan untuk pelajar yang mencari ilmu bukan Murid seperti dalam tradisi sufi, atau thalib atau tilmidh seperti dalam bahasa arab.
Santri berasal dari bahasa Sanskrit, san artinya orang baik dan tra artinya suka menolong, lembaga tempat para santri belajar disebut dengan Pe-Santri-An yang kemudian kita kenal dengan pesantren. Melihat akar bahasa saja sudah tak ada celah bagi pendidikan terror di dalamnya.
Kini di era Reformasi telah muncul sejumlah tokoh-tokoh yang merupakan hasil dari pendidikan pesantren, baik langsung ataupun tidak langsung, Amien Rais, Abdurrahman Wahid, Hidayat Nur Wahid, Hasyim Muzadi dan tokoh – tokoh lain yang tak lepas dari ikatan jiwa dan raga mereka dengan kehidupan pesantren.
Jika saat ini ada beberapa gelintir alumnus pesantren yang dituduh terlibat dengan berbagai aksi terror maka sangat premature dan irrasional apabila peran dan potensi pesantren dalam membangun bangsa ini, baik di masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating serta seterusnya dipandang sebelah mata. Sepertinya tak perlu lagi dipertanyakan, paradigma berpikir bahwa pesantren tempat buangan anak-anak nakalpun telah tertolak dengan banyaknya cendekiawan muslim ataupun nasional yang notabene adalah kader-kader pesantren.
 yang sampai hari ini masih jadi pertanyaan kita bersama, dengan peran serta dan jasa-jasa besar pesantren dalam membangun bangsa ini adalah apa yang telah dilakukan para pemimpin negeri ini dan apa yang belum mereka (pemimpin negeri) ini lakukan dalam mengembangkan pesantren di negeri ini. Semoga para pemimpin negeri ini ingat dari mana mereka berasal dan kemana mereka kembali.
Wallahu a’lam.   

Desain dan Interior Terbaik untuk Hunian Kita.

Home Sweet Home, Rumahku adalah Surgaku, mari kita wujudkan hunian nyaman untuk keluarga.