Kebahagiaan sejati
Banyak buku-buku ataupun seminar dan pelatihan bagaimana dalam hidup ini kita memperoleh kebahagiaan, melakukan apa yang kita sukai, meninggalkan beban hidup dan bebas melakukan apa saja yang kita suka, tanpa penghalang apapun, bebas sepenuhnya sebagai manusia, mendapatkan penghormatan orang lain, keluarga tercukupi secara materi, dan lain sebagainya yang intinya mendapat nikmat dunia. Jika semua itu sudah terpenuhi apakah kita bisa sepenuhnya bahagia?
Mari kita fahami dan renungkan QS. Surat Al-Balad (90) ayat 4
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Ayat-ayat sebelumnya telah memaparkan sumpah Allah demi kota Mekkah dan demi bapak serta anak-anaknya, ayat ini menekankan bahwa sungguh Allah dengan perantaraan Ibu dan bapak telah menciptakan manusia seluruhnya berada dalam susah payah, yakni selalu saja mengalami kesulitan dalam hidup. Jika Allah membiarkan tanpa bantuan niscaya ia akan binasa.
Mari kita renungkan, dimulai dari keadaan susah payah dalam awal pertumbuhannya dan diakhiri pula dengan kesusah payahan dalam kematian. Dalam pertumbuhannya manusia selalu mengalami berbagai macam penderitaan hingga ia menjadi besar dan dewasa. Mulai dari usia anak – anak kemudian dewasa membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan di sisi yang lain tetap dituntut untuk taat kepada Allah yang Esa, setelah itu ia akan semakin tua atau mengalami sakit kemudian mati dan dikuburkan. Di akhirat kelak ia akan menjumpai kesusahan dan penderitaan yang tidak bisa digambarkan, kecuali jika mendapatkan taufik dari Allah, maka selamatlah ia dari penderitaan tersebut.
Ayat ini juga mengandung peringatan bagi mereka yang merasa dirinya kuat, sehingga dengan kekuatannya, ia dapat mengalahkan musuh-musuhnya, seolah ayat ini memberikan peringatan agar kita tidak takabbur, karena sehebat apapun kita tidak akan luput dari kesusahan dan kesulitan dalam menjalani urusan pribadi atau pun urusan keluarga, betapa pun tinggi pangkat dan pengaruh seseorang, betapa pun kita berusaha mencari kebahagiaan dunia, berusaha seperti apapun, ia tidak bisa lepas dari kesusahan dan penderitaan.
Manusia yang berhenti di sana akan memandang hidup ini dengan penuh pesimisme, adapun yang beriman justru akan melahirkan optimisme, sehingga walaupun ia mengalami kesulitan atau penderitaan ia akan terus berjuang untuk menghadapinya, disertai dengan keyakinan pasti ada jalan keluar yang menantinya.
Di sisi lain Allah telah memperingatkan dalam surat Al-Insan (76) ayat 2
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.
[1535] Maksudnya: bercampur antara benih lelaki dengan perempuan.
Di sini nampak jelas bahwa untuk memperoleh kebahagiaan sejati yaitu surga Allah, manusia harus lulus ujian dulu berupa ketaatan kita terhadap perintah dan larangan Allah, tetapi perlu disadari, meskipun manusia tidak dapat mengelak dari kesusah payahan kehidupan akan tetapi Allah memberikan kemampuan untuk mengatasinya, bahkan bisa jadi ia merasakan nikmat dan kelezatan yang tiada taranya ketika ia berhasil menanggulanginya, dalam kesulitan itu, manusia harus tetap mempertahankan jati dirinya, serta nilai-nilai luhur sebagai hamba Allah.
Ayat ini juga berpesan kepada Rasulullah saw. Bahwa apa yang beliau alami di kota suci itu, merupakan bagian dari penderitaan dan susah payah dalam memenangkan kehidupan dan kebahagiaan sejati, dan sudah menjadi kodrat manusia untuk memperjuangkannya dari generasi ke generasi.
Ayat ini juga membuka mata kita bahwa tidak ada kebahagian abadi dalam hidup ini, hidup ini susah dan senang, tidak mungkin terus-menerus senang, pemikiran hidup hanya senangnya saja akan membuat pemikiran kita semakin tidak realistis, dan ketika ada sedikit permasalahan cenderung di dramatisir, dibesar-besarkan seolah-olah masalah itu tidak dapat diselesaikan, seolah kita memaksa orang lain, bahkan semua orang untuk memahami dan merasakan masalah kita. Padahal ”the show must go on” dan dunia terus berputar. Dunia tidak mau tahu masalah kita, yang dunia mau tahu adalah bahwa kita selalu tampil prima dan sempurna, itulah kondisi nyata dunia kita.
Coba kita renungkan, manusia semulia Rasulullah, bahkan yang paling mulia di sisi Allah, mengalami ujian yang luar biasa susah dan menderita, sejak kecil yatim piatu, hidup mandiri dan ketika dakwah dimusuhi, dilempari sampai berdarah bahkan dikejar-kejar akan dibunuh, apakah seperti itu kesusahan kita, atau mungkin hanya sekedar masalah keluarga atau masalah pacar, kemudian kita akan menyerah dan mengakhiri hidup. Kembalilah kepada Allah, sungguh permasalahan-permasalahan kita ini akan ada jalan keluar ketika kita kembali kepada Allah. Bisa jadi masalah hidup kita tidak lekas selesai karena kita terlalu jauh mencari jawaban kemudian makin bingun, padahal sejatinya jawaban itu dekat, turn to Allah.......(insya Allah by maher zain).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar